Pementasan drama di SMP IT arafah merupakan tugas rutin siswa-siswi dalam mata pelajaran Seni dan Budaya. mereka yang menentukan sendiri apa yang akan mereka mainkan di permainan drama sekolah.
Ada
berbagai hal yang harus dipersiapkan sebelum pementasan digelar. Berikut ini
adalah langkah-langkah awal yang harus dilakukan sebelum menggelar pementasan
drama.
A. NASKAH
Naskah merupakan awal dari terbentuknya sebuah
pementasan drama. Naskah sendiri terdiri dua jenis, yakni naskah tertulis dan
naskah yang tidak tertulis. Naskah tertulis adalah naskah drama yang sudah ada
dalam sebuah karya tulis yakni berupa naskah drama atau yang biasa disebut
naskah lakon. Sedangkan naskah yang tidak tertulis adalah naskah yang sudah ada
melalui cerita-cerita lisan. Biasanya naskah tidak tertulis ini ada di setiap
daerah yang memiliki legenda, mitos, atau cerita masayarakat yang dituturkan
secara turun temurun.
Namun dalam buku ini diharapkan siswa mempelajari
terlebih dahulu naskah-naskah yang sudah tertulis, yakni naskah drama opera
berjudul “Pangeran Monyet”
Dalam proses ini, yang dilakukan kali pertama
adalah membaca naskah tersebut. Dengan membaca naskah tersebut siswa dapat melakukan
bedah naskah untuk mengetahui :
1.
Tokoh
Tokoh dalam
pementasan drama terdiri dari tokoh utama, tokoh pembantu, serta figuran. Tokoh
utama adalah tokoh sentral atau tokoh terpenting dalam drama tersebut. Untuk itu tokoh utama harus memiliki
kemampuan akting yang bagus. Dengan mengetahui tokoh utama, aktor atau aktris
yang terpilih memerankan dapat mengetahui secara jelas karakter, kebiasaan,
tingkat emosi tokoh, melalui baik keterangan adegan maupun dialog dalam naskah
yang dipilih untuk pentas.
Meski demikian tuntutan berakting bagus juga tetap
berlaku bagi tokoh pembantu maupun tokoh figuran, sebab kedua jenis tokoh
tersebut membantu tokoh utama dalam bermain drama.
Yang menjadi kebiasaan buruk dalam sebuah proses
pementasan adalah, tokoh pembantu dan figuran ini kurang serius berlatih,
bahkan saat pentas. Padahal keseluruhan pementasan drama adalah tanggung jawab
semua anggota kelompok. Untuk itu, jika latihan, diharapkan semua anggota ikut
latihan dengan serius. Jika salah satu pemain tidak serius latihan atau pentas,
salah-salah malah membuat pementasan menjadi rusak.
2. Setting
Dengan membedah naskah, dapat
diketahui pula setting panggung, berikut property yang dibutuhkan. Setting ini
biasanya sudah ada dalam keterangan naskah drama. Berikut ini contoh setting
panggung :
-
Ruang tamu (Kursi, meja, pintu, jendela, almari buku,
bingkai foto atau lukisa)
-
Teras rumah (kursi, meja, tanaman, sangkar burung)
3. Property
Property
ini juga biasanya sudah ada dalam keterangan naskah, namun ada kalaunya
property bisa ditambah untuk menghidupkan adegan, misalnya seorang tokoh yang
berdialog sambil menyulam. Maka diperlukan alat untuk menyulam. Atau bisa saja,
ada penambahan adegan supaya lebih dramatik dengan menambahkan adegan memecah
gelas. Namun demikian semua harus dipertimbangkan agar pementasan nampak rapi.
2.
Waktu
Dengan
membaca naskah, biasanya juga ada keterangan waktu. Apakahadegan tersebut
berlangsung malam hari, siang, atau sore. Hal ini untuk membantu penata lampu
untuk memilih efek-efek warna pada filter lampu.
3. Kostum
Kostum
biasanya sudah ada pada keterangan, tapi ada juga naskah yang sama sekali tidak
menjelaskan kostum yang dipakai tokoh. Dalam pembacaan naskah, penyaji bisa
menentukan kostum, sesuai dengan waktu atau masa yang saat itu terjadi dalam
naskah. Sebagai contoh, tidak mungkin tokoh jaman majapahit menggunakan celana
jeans.
B. SUTRADARA & CASTING
Pementasan drama dipimpin oleh seorang pemimpin
produksi. Namun untuk divisi artistik dipimpin oleh seorang sutradara. Namun
dalam kelompok teater sekolahan, sutradara bisanya adalah seorang duru drama
atau pelatih drama.
Tugas sutradara adalah sebagai
berikut :
- memilih pemain (casting)
- menjelaskan penafsiran lakon kepada pemain
- menyusun rencana pembiayaan
- memimpin diskusi dengan penata panggung tentang konsep
panggung, penata rias tentang konsep rias, dan penata cahaya dengan siswa
sebagai kerabat kerja pertunjukan.
Casting
Setelah membaca dan
memahami naskah, biasanya sutradara melakukan casting, atau pemilihan pemain.
Pemilihan pemain ini bisa dilakukan dengan dua pendekatan.
1. Pendekatan fisik
Memilih pemain
yang memiliki fisik yang hampir sama, mirip, atau menyerupai tokoh yang
diperankan. Misalnya tokoh raja, dipilih seorang pemain yang bertubuh tinggi
besar dan bersuara besar.
2. Pendekatan Kejiwaan
Memilih pemain
yang memiliki watak atau karakter yang hampir sama dengan tokoh yang dimainkan.
Seperti tokoh penjahat yang pemarah, maka sutradara memilih pemain yang pemarah.
Begitu casting
selesai, maka terbentuklah team yang lain, yakni team produksi dan team
artistik.
C. READING TEKS/ Latihan membaca naskah
Setelah casting,
maka perlu dibuat jadwal latihan. Latihan pertama adalah latihan membaca
naskah. Dalam latihan ini pemain dilatih untuk tidak sekadar membaca, melainkan
membaca dialog supaya dialog dalam naskah lebih hidup, dan seperti berbicara
sungguhan.
Supaya tidak
terkesan membaca dan membosankan, maka dalam latihan ini ada proses pemilihan
intonasi, kecepatan dialog, penekanan kata dan ekspresi mimik wajah pemain
mapun gesturnya.
D. BLOCKING
Begitu tehnik pembacaan naskah
drama dikuasai, maka dijadwalkan pula latihan blocking. Blocking itu sendiri
adalah penempatan posisi pemain agar pementasan terlihat enak ditonton. Selain
itu blocking juga menjadi bagian dari pemilihan adegan-adegan dalam pementasan
drama. Dari penempatan (pembagian posisi) panggung tersebut, para pemain drama
dituntut dapat menciptakan keseimbangan panggung.
Posting Komentar